Archive for December, 2017

Lampu Kuning

Sunday, December 24th, 2017

Pernahkah kamu berpikir di sebuah persimpangan?
Hmm…bahkan saya selalu berpikir di persimpangan yang saya lewati. Ada apa, Novi?

Oke jadi begini. Ketika kelas VI SD, saya pernah ditabrak sebuah sepeda motor. Saya memiliki trauma pada jalan raya, termasuk menyeberang jalan dan menaiki kendaraan. Namun saya terpaksa harus bisa membawa sepeda motor ketika kuliah. Dampaknya, saya masih agak kaku untuk membawa kendaraan. Tapi tak apa-apa.

Awalnya, persimpangan merupakan tempat pemberhentian sementara agar lalu lintas berjalan lancar. Namun seiring berjalannya waktu, jumlah pengguna kendaraan pribadi semakin banyak. Akibatnya sering terjadi penumpukan pada ruas jalan di persimpangan. Lampu hijau sekian detik, biasanya diikuti lampu kuning. Tahukah kamu apa fungsi lampu kuning? Ya, lampu kuning adalah penanda ‘hati-hati’. Maksudnya adalah, setelah jalan bebas di lampu hijau, kendaraan berikutnya diimbau untuk berhati-hati, bersiap-siap untuk berhenti karena lampu merah akan segera menyala.

Apakah kamu lihat apa yang terjadi? Bukannya kendaraan menurunkan lajunya, tetapi lajunya justru semakin tinggi. Lampu kuning di sini bukan dianggap penanda hati-hati, melainkan dianggap sebagai injury time lampu hijau. Yang penting bisa jalan, bablas gitu. Duh duh…

 

Hai manusia! Hmm… bukan begitu maksud saya.

Hai para pengendara! Jangan membuat saya bingung!

Kalau lampu kuning adalah hati-hati memelan lalu berhenti, kenapa justru mengencang dan bablas jalan? Ini dapat berakibat fatal. Kefatalan tersebut dapat berbentuk tabrakan depan-belakang antara si penganut lampu kuning hati-hati deangn si penganut lampu kuning kencangkan bablaskan! Yang salah siapa? Hmm… ya kalau lampu kuningnya belum lama sih silakan jalan. Tapi kalau lampu kuningnya sudah tinggal sebentar lagi, mendekati merah, apa ya tetap mau dipaksa jalan? Yang berhenti malah ditintin dianggap mengacaukan (oleh pengendara belakang), yang bablas juga ditintin dianggap mengacaukan (oleh rombongan pengendara yang dapat lampu hijau setelahnya, biasanya ruas jalan di arah 270 derajat).

Huh, serba salah!

Jadi gimana geng? Saya pun bingung.

Tapi suatu hari…

Saya mendapatkan suatu pemikiran dari lampu kuning.

 

 

Lampu kuning

Hati-hati!

Jika kau hendak menjalankan sesuatu, berhati-hatilah!

Sabarlah, kau akan berjalan untuk mendapatkan tujuanmu

Maksud dari hati-hati adalah sabar, sabar, sabar, yang tak lain adalah ikhlas

Ya, mengikhlaskan sesuatu yang sebentar lagi akan lewat

Kalau kau memaksakan diri untuk mengejar lampu kuning itu,

Kau akan dipaksa berhenti mendadak, mencelakai diri, atau mencelakai yang lain

Maka berhati-hatilah!

Sabarlah sedikit!

Tunggu kesempatan berikutnya

Daripada kau meraih kelancaran jalan yang sangat singkat pada lampu kuning,

Lebih baik kau mempersiapkan diri, bersabar untuk menunggu lampu hijau berikutnya

Kau akan berjalan dengan lancar setelahnya, anggun, tidak tergesa-gesa

Kau akan mendapatkan tujuan dengan tenang

Tidak perlu melukai diri atau yang lain

 

 

Lampu kuning? Hati-hati,

Lampu kuning? Inspirasi yang membingungkan

 

Salam,

Noviyanti Listyaningrum

AB 6323 CH

I’m Possible (dikutip dari I’m Possible on MetroTV Edisi Minggu, 7 Februari 2017 pukul 20.30-21.30 WIB ‘Rezeki Monyet’)

Tuesday, December 19th, 2017

Rezeki itu tergantung kita mendefinisikannya seperti apa, apakah harus dijemput atau datang dengan sendirinya. Kalau rezeki datang dengan sendirinya berarti kita diam dan hanya menunggu. Tapi kalau rezeki itu dijemput berarti kita harus aktif bergerak, sama halnya dengan monyet. Kalau kita sadar rezeki itu harus dijemput dan kita harus bergerak artinya kita take action. Nah, take action dulu baru sukses atau sukses dulu baru take action? Jelas harus take action dulu. Take action ini berkali-kali, bukannya sekali. Ketika kita menembakkan anak panah ke sasaran, yang pertama kita akan gagal. Berikutnya kita mencoba lagi tapi gagal lagi. Semakin banyak kita mencoba, semakin sering kita gagal tapi kita akan selalu belajar dari kesalahan yang pernah kita lakukan. Semakin lama pelajaran yang kita dapat tersebut, anak panah yang dilepaskan semakin mendekati pusat sasaran. Jadi, semakin banyak kita take action maka peluang untuk sukses semakin besar. Kalau kita take action hanya sekali maka peluang sukses semakin kecil. Take action, take action, take action, pasti sukses.

Rezeki mencakup 3 hal, yaitu bagaimana kita memandang diri, kehidupan, dan Tuhan. Kalau kita memandang diri kita layak mendapat rezeki maka kita akan mendapatkannya dan sebaliknya. Kalau kita menganggap kehidupan itu indah maka kita akan menikmati proses mendapatkan rezeki. Kalau kita merasa kita dekat dengan Tuhan dan selalu berdoa kebaikan maka rezeki pun mudah dijemput, begitu pula sebaliknya.

Kalau sudah dapat rezeki, apakah sudah cukup sampai di situ? No! Keluarlah dari zona nyaman! Zona nyaman belum tentu aman tapi zona yang tidak nyaman pasti akan lebih menjanjikan. Pekerjaan, penghasilan, dan status yang kita miliki saat ini belum tentu masih kita miliki di masa depan. Orang yang berhenti belajar atau berusaha maka dia adalah pemiliki masa lalu sedangkan orang yang terus belajar dan berusaha maka dia adalah pemilik masa depan.

Ada sebuah cerita antara angin-angin dan seekor monyet. Ada ketiga angin dahsyat yang akan berkompetisi untuk mencari tahu siapa yang terkuat sehingga mampu menjatuhkan monyet dari pohon. Angin pertama, topan. Angin topan menghampiri monyet tetapi monyet gagal jatuh karena berpegangan kuat dengan pohon. Begitu pula yang terjadi ketika monyet diterpa tornado dan fohn. Kemudian datanglah angin sepoi-sepoi yang ingin menyusul kompetisi. Ia ditertawai oleh ketiga angin sebelumnya. Angin sepoi-sepoi kemudian berhembus perlahan di atas ubun-ubun monyet. Kemudian monyet tertidur, melepaskan pegangannya pada pohon. Akhirnya monyet jatuh. Saat kita berada dalam tantangan, bahaya, dan cobaan maka kita selalu dekat dengan Tuhan. Namun saat kita dalam keadaan bahagia dan banyak rezeki, kita cenderung lengah. Itulah zona nyaman.

Saya lulusan X tapi untuk bekerja di bidang yang berhubungan dengan jurusan saya kemungkinannya sangat kecil. Bagaimana?

Hidup itu tidak mesti harus ideal sesuai jurusan. Kesempatan apapun yang ada, gunakanlah. Siapa tahu setelah itu menemukan minat dan keunggulan kita. Rezeki bukan masalah apa pekerjaan kita tapi bagaimana kita bisa maksimal dalam menjalankan pekerjaan. Atau bisa juga kita bekerja yang walaupun tidak sesuai dengan jurusan kita, kita sesuaikan dengan tipe kepribadian. Sebagai contoh, orang bertipe kepribadian INFJ yang ada dunia contonya seperti A, B, C, dan seterusnya. Ada kemungkinan kita juga cocok di situ. Yang jelas kita harus punya keunggulan, yaitu hal yang membuat kita berbeda dari yang lain. Hal yang unik, hanya dimiliki kita sendiri. Keunggulan membuat nilai plus untuk diri kita. Jangan batasi diri kita. Tujuan kita sekolah dari TK, SD, SMP, SMA, S1, S2, dan S3 apa sih? Supaya kita bisa melakukan banyak hal, kan? Bukan untuk membatasi diri. Ya walaupun cakupan ilmu makin sempit, kita bisa menambahnya dengan skill yang lain.

Bagaimana agar kita makin maksimal?

Pertama, tentukan keputusan/pilihan yang benar! Mau memperdalam atau mengembangkan? Kalau memperdalam berarti kita spesialis. Ciri orang spesialis adalah hobi dan minat yang dimiliki masih sejenis/serumpun, tidak memiliki kemampuan untuk membagi fokus. Ketika ingin memperoleh sesuatu (contoh: jodoh), hanya menggunakan satu target yang fokus. Jika satu target berpaling maka kemudian mengganti satu target yang lain. Kalau kita memilih untuk mengembangkan maka berarti kita generalis. Ciri orang generalis adalah memiliki kemampuan membagi fokus. Hobi dan minat yang dimiliki bervariasi jenis/rumpunnya. Ketika ingin memperoleh sesuatu (contoh: jodoh) maka semua calon sasaran dipertimbangkan secara keseluruhan kemudian baru dipilih salah satu di akhir.

Kedua, gigih! Gigih itu bukan pikiran tapi perasaan. Kerja keraslah! Semangatlah!

Ketiga, be smart! Kalau kita sudah benar pilihannya, perasaan sudah optimis diiringi kegigihan tetapi otak kita zonk maka percuma. Jadi, belajarlah dengan cerdas! Perbanyak wawasan dan pengetahuan dari membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, dan lain-lain.

Saya seorang marketing. Sudah sering kunjungan tapi hasilnya itu-itu saja, kalaupun meningkat hanya tipis. Bagaimana?

Kunjungan bukan berarti tak ada arti. Namun, apakah kunjungan atau usaha berkali-kali itu hanya mengulang kesalahan yang sama atau selalu menjadikan kita lebih baik dari sebelumnya? Sebagai seorang marketing atau apapun, kita bisa minta evaluasi dari orang lain agar masukan mereka dapat dijadikan bahan untuk perubahan kualitas kita ke arah yang semakin baik.

Rezeki itu bukan sekadar materi. Tapi keluarga, kebahagiaan, iman, keselamatan, dan segala kebaikan merupakan rezeki dari Tuhan. Rezeki tidak hanya untuk dicari tetapi juga disyukuri. Kita sadar kalau kita orang biasa tapi yakinlah bahwa kita akan tumbuh menjadi orang yang luar biasa. Because I’m possible!