Lampu Kuning

Pernahkah kamu berpikir di sebuah persimpangan?
Hmm…bahkan saya selalu berpikir di persimpangan yang saya lewati. Ada apa, Novi?

Oke jadi begini. Ketika kelas VI SD, saya pernah ditabrak sebuah sepeda motor. Saya memiliki trauma pada jalan raya, termasuk menyeberang jalan dan menaiki kendaraan. Namun saya terpaksa harus bisa membawa sepeda motor ketika kuliah. Dampaknya, saya masih agak kaku untuk membawa kendaraan. Tapi tak apa-apa.

Awalnya, persimpangan merupakan tempat pemberhentian sementara agar lalu lintas berjalan lancar. Namun seiring berjalannya waktu, jumlah pengguna kendaraan pribadi semakin banyak. Akibatnya sering terjadi penumpukan pada ruas jalan di persimpangan. Lampu hijau sekian detik, biasanya diikuti lampu kuning. Tahukah kamu apa fungsi lampu kuning? Ya, lampu kuning adalah penanda ‘hati-hati’. Maksudnya adalah, setelah jalan bebas di lampu hijau, kendaraan berikutnya diimbau untuk berhati-hati, bersiap-siap untuk berhenti karena lampu merah akan segera menyala.

Apakah kamu lihat apa yang terjadi? Bukannya kendaraan menurunkan lajunya, tetapi lajunya justru semakin tinggi. Lampu kuning di sini bukan dianggap penanda hati-hati, melainkan dianggap sebagai injury time lampu hijau. Yang penting bisa jalan, bablas gitu. Duh duh…

 

Hai manusia! Hmm… bukan begitu maksud saya.

Hai para pengendara! Jangan membuat saya bingung!

Kalau lampu kuning adalah hati-hati memelan lalu berhenti, kenapa justru mengencang dan bablas jalan? Ini dapat berakibat fatal. Kefatalan tersebut dapat berbentuk tabrakan depan-belakang antara si penganut lampu kuning hati-hati deangn si penganut lampu kuning kencangkan bablaskan! Yang salah siapa? Hmm… ya kalau lampu kuningnya belum lama sih silakan jalan. Tapi kalau lampu kuningnya sudah tinggal sebentar lagi, mendekati merah, apa ya tetap mau dipaksa jalan? Yang berhenti malah ditintin dianggap mengacaukan (oleh pengendara belakang), yang bablas juga ditintin dianggap mengacaukan (oleh rombongan pengendara yang dapat lampu hijau setelahnya, biasanya ruas jalan di arah 270 derajat).

Huh, serba salah!

Jadi gimana geng? Saya pun bingung.

Tapi suatu hari…

Saya mendapatkan suatu pemikiran dari lampu kuning.

 

 

Lampu kuning

Hati-hati!

Jika kau hendak menjalankan sesuatu, berhati-hatilah!

Sabarlah, kau akan berjalan untuk mendapatkan tujuanmu

Maksud dari hati-hati adalah sabar, sabar, sabar, yang tak lain adalah ikhlas

Ya, mengikhlaskan sesuatu yang sebentar lagi akan lewat

Kalau kau memaksakan diri untuk mengejar lampu kuning itu,

Kau akan dipaksa berhenti mendadak, mencelakai diri, atau mencelakai yang lain

Maka berhati-hatilah!

Sabarlah sedikit!

Tunggu kesempatan berikutnya

Daripada kau meraih kelancaran jalan yang sangat singkat pada lampu kuning,

Lebih baik kau mempersiapkan diri, bersabar untuk menunggu lampu hijau berikutnya

Kau akan berjalan dengan lancar setelahnya, anggun, tidak tergesa-gesa

Kau akan mendapatkan tujuan dengan tenang

Tidak perlu melukai diri atau yang lain

 

 

Lampu kuning? Hati-hati,

Lampu kuning? Inspirasi yang membingungkan

 

Salam,

Noviyanti Listyaningrum

AB 6323 CH


No Comments so far.

Leave a Reply